Saturday 14 October 2017

Post Positivisme Hukum Forex


Auguste Comte merupakan sosok Filosof besar dan kukup berpengaruh bagi perkembangan technowissenschaft. Dimana dia merupakan penggagas dari aliran Positivismus. Yaitu sebuah aliran filsafat Barat Yang Timbul pada abad XIX dan Merupakan Kelanjutan Dari empirisme. Aliran positivisme ini merupakan aliran Hersteller pemikiran Auguste Comte yang cukup berpengaruh bagi peradaban manusia. Aliran Positivisme ini kemudian di abad XX dikembangluaskan oleh filosof von kelompok Wina dengan alirannya Neo-Positivisme (Positivisme-Logis). 1 Sejarah telah melukiskan bahwa masalah perolehan pengetahuan menjadi problem aktualisieren yang melahirkan aliran Rasionalisme th Empirisme yang pada gilirannya telah melahirkan aliran Kritisisme sebastiani alaşa terhadap pertikaian dua aliran besar tersebut. Disinilah arti penting dari kemunculan Positivisme yang merupakan repräsentieren jawaban berikutnya terhadap problem-problem mendasar tersebut. Riournat Hidup Auguste Comte Auguste Comte merupakan Filosof dan Warga Negara Perancis yang hidup von ab-ke-19 setelah revolusi Perancis yang terkenal itu. Ia lahir von Montpellier, Perancis, pada tanggal 19 Januar 1798. Ia belajar di sekolah Politeknik von Paris, tetapi ia dikeluarkan karena ia seorang pendukung Republik, sedangkan sekolahnya justru royalistis. 2 Auguste Comte menerima dan mengalami secara langsung akibat-akibat negativ secara langsung revolusi tersebut khususnya dibidang sosial, ekonomi, politik, dan pendidikan. Pengalaman Pahit Yang Dilalui Dan Dialaminya secara Langsung bersama bangsanya itu, memotivaisi dirinya untuk Mitgliedschaft alternatif dan solusi ilmiah-filosofis dengan mengembangkan epistemologi dän metodologi sebagaimana buah pikirannya itu tercermin di dalam aliran Positivisme. Aliran ini menjadi berkembang dengan unterrichten karena didukung oleh para elit-ilmiah dan maraknya era industrialisasi saat itu. 3 Comte bukanlah orang yang menyukai halb halb jang berbau matematika, tetapi lebih sorgfalt pada masalah-masalah sosial dan kemanusiaan. Bersama dengan Henry de8217Saint Simon, 4 Comte mencoba mengadakan kajian Problem-Problem sosial yang diakibatkan industrialisasi. Karena ketekunan dan kepiawaiannya dalam bidang-bidang sosial menjadikan Comte sebagai bapak sosiologi. Meskipun Comte tidak menguraikan secara lebih rinci masalah apa yang menjadi obyek sosiologi, tetapi ia mempunyai asumi bahwa sosiologi terdiri dari dua hal, yaitu sosial statis als sosial dinamis. Menurut Comte, sebagai sosial statis sosiologi merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari Zeitbal Balik antara lembaga kemasyarakatan. Sedangkan sosial dinamis melihat bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang. 5 Dasar pemikiran Das Leben des Heiligen Simon, Charles Lyell, dan Charles Darwin. Selain dari itu, Pemikiran Herbert Spencer mengenai 8220hukum perkembangan8221 juga mempengaruhi pemikirannya. Kata 8220rasional8221 bagi Comte terkait dengan masalah yang bersifat empirik als positiv yakni pengetahuan riil yang diperoleh melalui beobachtungen (pengalaman indrawi), eksperimentasi, komparasi, dan generalisasi-induktif diperoleh hukum yang sifatnya umum sampai kepada suatu teori. Karena itulah maka bagi positivisme, tuntutan utama adalah pengetahuan faktual yang dialami oleh subjek, sehingga kata rasional taschen Comte menunjuk peran utama dan penting rasio untuk mengolah fakta menjadi pengalaman. Berdasarkan atas pemikiran yang demikian esu, maka sebagai konsekuensinya metode yang dipakai adalah 8220Induktif-verifizatif8221. 6 Setelah tulisan-tulisannya von mulai beredar, Vereinigte Staaten von Amerika Eropa bahkan melebihi ketenaran 8220sang majikan8221 von Henry de8217Saint Simon. Namun begitu, ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia ia...... Comte juga senantiasa hidup dalam kemiskinan. Hal ini karena pekerjaannyas sebagai pengarang dan gurus pribadi tidak cukup untuk hidup. Hanya berkat sumbangan-sumbangan pengikutnya, antara lain dari Fuchs von Inggris John Stuart Mill, ia bisa makan. 7 Auguste Comte meninggal 1857 dengan meninggalkan karya-karya seperti Cours de Philosophie Possitive, Das Sistem der Possitive Polity, Die Wissenschaftlichen Labors Notwendig für die Anerkennung der Gesellschaft, dan Subjektive Synthese. 8 Auguste Comte amp Hukum Tiga Tahap Di antara karya-karyanya Auguste Comte, Cours de Philosphie Possitive dapat dikatakan sebagai meisterwerk - nya, karena karya itulah yang paling pokok dan sistematis. Buku ini dapat juga dikatakan sebagai repräsentieren bentangan aktualisasi dari yang di dalamnya Comte menulis tentang tiga tahapan perkembangan manusia. Menurut Comte, perkembangan manusia berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, tahap teologis, kedua, tahap metafisik, ketiga, tahap positif. 1. Tahap Teologis Pada tahap teologis ini, manusia perkaja bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang memiliki rasio als kehendak seperti manusia. Tetapi orang perkaja bahwa mereka berada pada tingkatan lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk selain insani. Pada taraf pemikiran ini terdapat lagi tiga tahap. Pertama, tahap yang paling bersahaja atau primitif, dimana orang menganggap bahwa segala benda berjiwa (animisme). Kedua, tahap ketika orang menurunkan kelompok hal-hal tertentu, dimana seluruhnya diturunkan dari suatu kekuatan adikodrati yang melatarbelakanginya sedemisch rupa hingga tiap tahapan gejala-gejala memiliki dewa sendiri-sendiri (polytheisme). 9 Gejala-gejala 8220suci8221 Nicht zutreffend 8220dewa-dewa8221, dan 8220dewa-dewa8221 ini dapat diatur dalam suatu sistem, sehingga menjadi politeisme dengan spesialisasi. Ada dewa api, dewa lautan, dewa angin, dan seterusnya. 10 Ketiga. Adalah tahapan tertinggi, dimana pada tahap ini orang mengganti dewa yang bermacam-macam itu dengan satu tokoh tertinggi (esa), yaitu dalam monotheisme. 11 Singkatnya, pada tahap ini manusia mengarahkan pandangannya kepada hakekat yang batiniah (sebab pertama). Di Sini, Manusia Percaya Kepada Kemungkinan adanya Sesuatu Yang Mutlak. Artinya, di balik setiap kejadischen tersirat adanya maksud tertentu. 12 2. Tahap Metafisik Tahap ini bisa juga sebastian tahap transisi dari pemikiran Comte. Tahapan ini sebenarnya hanya merupakan varianischen dari cara berpikir teologis, karena di dalam tahap ini dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak, dengan pengertian atau dengan benda-benda lahiriah, yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum, Terjemahan metafisis dari monoteisme itu misalnya terdapat dalam pendapat bahwa sema kekuatan kosmis dapat disimpulkan dalam konsep 8220alam8221, sebagai asal mula semua gejala. 13 Pada tahap positif, orang tahu bahwa tiada gunanya lagi untuk berusaha mencapai pengenalan atau pengetahuan yang mutlak, baik pengenalan teologis maupun metafisik. Ia tidak lagi mau mencari asal und tujuan terakhir seluruh alam semesta ini, atau melacak hakekat yang sejati dari 8220segala sesuatu8221 yang berada di belakang segala sesuatu. Sekarang orang berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan als urutan yang terdapat pada fakta-fakta yang disajikan kepadanya, yaitu dengan 8220pengamatan8221 dan dengan 8220memakai akalnya8221. Pada tahap ini pengertian 8220menerangkan8221 berarti fakta-fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta umum. Dengan demikian, tujuan tertinggi dari tahap positiv ini adalah menyusun als dan mengatur segala gejala di bawah satu fakta yang umum. 14 Bagi comte, ketiga tahapan tersebut tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusien, tetapi juga berlaku bagi von bidang ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, comte menerangkan bahwa segala ilmu pengetahuan semula dikuasai oleh pengertian-pengertian teologis, sesudah itu dikacaukan dengan pemikiran metafisis dan akhirnya dipengaruhi hukum positif. Jelasnya, ketiga tahapan perkembangan umat manusia esu tidak saja berlaku bagi suatu bangsa atau suku tertentu, akan tetapi juga einzeln dan ilmu pengetahuan. Meskipun seluruh ilmu pengetahuan tersebut dalam perkembangannya melalui ketiga macam tahapan tersebut, namun bukan berarti dalam waktu yang bersamaan. Halb demikian dikarenakan segalanya tergantung pada kompleksitas susunan suatu bidang ilmu pengetahuan. Semakin kompleks, susunan, suatu, bidang, ilmu, pengetahuan, tertentu, maka, semakin, lambat, mencapai, tahap, ketiga. Lebih jauh Comte berpendapat bahwa pengetahuan Positiv Merupakan Puncak Pengetahuan Manusia Yang Unheilig Sebastien Pengetahuan ilmiah. Di sini, ilmu pengetahuan, dapat, dikatakan, bersifat, positif, apabila, ilmu, pengetahuan, tersebut, memusatkan, perhatian, pada, gejala, gejala, yang, nyata, dan, kongrit, Dengan demikian, maka ada kemungkinan untuk memberikan Bewertungen die terhadap berbagai Cabang ilmu pengetahuan dengan Jalan mengukur isinya Yang positif, serta sampai sejauh Mana ilmu pengetahuan tersebut dapat mengungkapkan kebenaran Yang positif. 15 Sesuai dengan pandangan tersebut kebenaran metafisik yang diperoleh dalam metafisika ditolak, karena kebenarannya sulit dibuktikan dalam kenyataan. Demikianlah pandangan Auguste Comte tentang hukum tiga tahapnya, yang Pada intinya menyatakan bahwa pemikiran TIAP Manusia, TIAP ilmu dan suku bangsa melalui 3 tahap, yaitu teologis, metafisis dan positif ilmiah. Dalam hal ini Auguste Comte Mitglied Mitglied anal anal Manusia muda atau suku-suku primitif pada tahap teologis sehegga dibutuhkan figur dewa-dewa untuk 8220menerangkan8221 kenyataan. Mening Katze ist ein Maskottchen. Pada tahap dewasa dan matang digunakan metoden-metode positiv dan ilmiah. 16 Positivismus Auguste Comte Filsafat positivisme merupakan salah satu aliran filsafat modernen yang lahir pada abad ke-19 kaufen. Dasar-dasar filsafat ini dibangun oleh Der Heilige Simon dan dikembangkan von Auguste Comte. Adapun yang menjadi tititk tolak dari pemikiran positivis ini adalah, apa yang telah diketahui adalah yang faktual daneben positif, sehingga metafisika ditolaknya. Di sini, yang dimaksud dengan 8220positif8221 adalah segala gejala yang tampak seporte apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman obyektif. Jadi, setelah fakta diperoleh, fakta-fakta tersebut diatur sedemikian rupa agar dapat Mitgliedsname semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan. 17 Sebenarnya, tokoh-tokoh aliran ini sangat banyak. Namun begitu, Auguste Comte dapat dikatakan merupakan von tokoh terpenting dari von aliran filsafat Positivisme. Menurut Comte, dan juga para penganut aliran positivisme, ilmu pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta karena positivisme menolak metafisisme. Bagi Comte, menanyakan hakekat benda-benda atau buchstaben, buchstaben, buchstaben, buchstaben, buchstaben, buchstaben, buchstaben, Oleh karenanya, ilmu pengetahuan, juga, filsafat, hanya, menyelidiki, fakta-fakta, hubungan, Yang, terdapat, Antara Fakta-fakta. Dengan demikian, kaum positivis membatasi dunia pada hal-hal yang bisa dilihat, diukur, dianalisa und yang dapat dibuktikan kebenarannya. 18 Dengan modell pemikiran seperti ini, kemudian Auguste comte mencoba mengembangkan Positivismus ke dalam agama atau sebagai pengganti agama. 19 Hal ini terbukti dengan didirikannya Positive Gesellschaften di berbagai tempat yang memuja kemanusiaan sebagai ganti memuja Tuhan. Perkembangan selanjutnya dari aliran ini melahirkan aliran yang bertumpu kepada isi dan fakta-fakta yang bersifat materi, yang dikenal dengan Materialisme. 20 Selanjutnya, Karena Agama (Tuhan) tidak bisa Dilihat, Diukur und Dianalisa serta dibuktikan, Maka Agama tidak mempunyai Arti und Faedah. Comte berpendapat bahwa suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan esu sesuai dengan fakta. Sebaliknya, sebuah pernyataan akan dianggap salah apabila tidak sesuai dengan Daten empiris. Wie geht das? Modell pemikiran ini dalam epistemologi Erbkrankheit dengan teori Korespondensi. Keberadaan (Existenz) sebagai masalah sentral bagi perolehan pengetahuan, mendapat bentuk khusus bagi Positivisme Comte, yakni sebaiai suatu yang jelas dan pasti sesuai dengan makna yang terkandung von dalam kata positif. Kata nyata (riil) dalam kaitannya dengan positiv bagi suatu objek pengetahuan, menunjuk kepada hal yang dapat dijangkau atau tidak dapat dijangkau oleh akal. Adapun Yang Dapat Dijangkau Oleh Akal Dapat Dijadank Sebagai Objek ilmiah, Sedangkan Sebaliknya Yang Tidak Dapat Dijangkau Oleh Akal, Maka tidak dapat Dijadank sebagai objek ilmiah. Kebenaran bagi Positivisme Comte selalu bersifat riil dan pragmatisch artinya nyata dan dikaitkan dengan kemanfaatan, dan nantinya berujung kepada penataan atau penertiban. 21 Oleh karenanya, selanjutnya Comte beranggapan bahwa pengetahuan yang demikian itu tidak bersummer dari otoritas misalnya bersummer dari kitab suci, atau penalaran metafisik (sumber tidak langsung), melainkan bersummer dari pengetahuan langsung terhadap suatu objek secara indrawi. Dari-Modell Pemikiran tersebut, akhirnya Comte menganggap bahwa garis demarkasi antara sesuatu yang ilmiah dan tidak ilmiah (Pseudowissenschaft) adalah verifizierbar. dimana Comte untuk mengklarifikasi Suatu pernyataan itu bermakna atau tidak (sinnvoll dan sinnlos), ia melakukan verifikasi terhadap Suatu gejala dengan gejala-gejala Yang gelegen untuk sampai kepada kebenaran Yang dimaksud. 22 Dan sebagai konsekwensinya, Comte menggunakan metode ilmiah Induktif-Verivikatif. Yakni sebuah metode menarik kesimpulan dari sesuatu yang bersifat khusus ke umum, kemudian melakukan verifikasi. Selanjutnya Comte juga menggunakan pola operasional metodologis dalam bentuk beobachtungen, eksperimentasi, komparasi, dan generalisasi-induktif Singkatnya, filsafat Comte merupakan filsafat yang anti-metafisis, dimana dia hanya menerima fakta-fakta yang ditemukan secara positiv-ilmiah, dan menjauhkan diri dari semua pertanyaan Yang mengatasi bidang ilmu-ilmu positif. Semboyan Comte yang terkenal adalah savoir pour prevoir (artmajuku), artinya manusia harus menyelidiki gejala-gejala als hubungan-hubungan antara gejala-gejala, agar supaya dia dapat meramalkan apa yang akan terjadi. 23 Filsafat positivisme Comte juga disebut sebagai faham empirisme-kritis, bahwa pengamatan dengan teori berjalan abzurechnen. Bagi Comte pengamatan tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan penafsiran atas dasar sebuah teori dan pengamatan juga tidak mungkin dilakukan Secara 8220terisolasi8221, dalam arti Harus dikaitkan dengan Suatu teori. 24 Dengan demikian positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek verdünnung fakta, menolak segala penggunaan metoda di luar yang digunakan untuk menelaah fakta. Atas kesuksesan teknologi Industri abad XVIII, positivisme mengembangkan pemikiran tentang ilmu pengetahuan universal bagi kehidupan Manusia, sehingga berkembang etika, politik, dan-Lain gelegen sebagai disiplin ilmu, yang tentu saja positivistik. Positive Bewertungen mengakui eksistensi dan menolak esensi. Ia menolak setiap definisi yang tidak bisa digapai oleh pengetahuan manusia. Bahkan ia juga menolak nilai (Wert). 25 Apabila dikaitkan dengan ilmu sosial budaya, positivisme Auguste Comte berpendapat bahwa (a) gejala sosial budua merupakan bagian dari gejala alami, (b) ilmu sosial budaya juga harus dapat merumuskan hukum-hukum atau generalisasi-generalisasi yang mirip dalil hukum alam, ) Berbagai prosedur serta metode penelitian dan analisis yang ada dan telah berkembang dalam ilmu-ilmu alam dapat dan perlu diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial budaya. Sebakai akibat dari pandangan tersebut, maka ilmu sosial budaya menjadi bersifat prädiktiven als erklärenden sebagaimana halnya dengan ilmu alam dan ilmu pasti. Generalisasi-generalisasi tersebut merangkum keseluruhan fakta yang ada namun sering kali menegasikan adanya 8220contra-mainstream8221. Manusien, masyarakat, dan kebudayaan dijelaskan secara matematis dan fisis. 26 Demikianlah beberapa pemikiran Auguste Comte tentang tiga tahapan perkembangan manusia dans juga bagaimana positivisme Auguste comte memandang sumber ilmu pengetahuan. Positivismus Auguste Comte mengemukakan tiga tahap perkembangan peradaban als pemikiran manusia ke dalam tahap teologis, metafisik, dan positivisierung. Pada tahap teologis pemikiran Manusia dikuasai oleh Dogma Agama, pada tahap metafisik pemikiran Manusia dikuasai oleh filsafat, sedangkan Pada tahap positivistik Manusia sudah dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan TEKNOLOGI. Pada tahap ketiga itulah aspek humaniora dikerdilkan ke dalam pemahaman positivistik yang bercorak eksak, terukur, dan berguna. Ilmu-ilmu humaniora baru dapat dikatakan sejajar dengan ilmu-ilmu eksak manakala menerapkan metode positivistisch. Di sini mulai terjadi metodolatri. Pendewaan terhadap aspek metodologis. Selain itu, Modell filsafat positivisme-nya Auguste Comte tampak begitu mengagungkan akal als panca indera manusia sebagai tolok ukur 8220kebenaran8221 kaufen. Sebenarnya 8220kebenaran8221 sebagai masalah pokok pengetahuan manusia adalah bukan sepebuhnya milik manusia. Akan tetapi hanya merupakan kewajiban manusia untuk berusaha menghampiri dan mendekatinya dengan 8220cara tertentu8221. Kata cara tertentu ich r ujuk pada pemikiran Karl Popper männer 8220kebenaran8221 dan sumber diperolehnya. Bagi Popper, Ini Merupakan Tangkapan Manusia Terhadap Objek Melalui Rasio (akal) dan pengalamannya, namun selalu bersifat tentatif. Artinya kebenaran selalu bersifat sementara yakni harus dihadapkan kepad suatu pengujian yang ketat dan gawat (entscheidend-test) dengan cara pengujian 8220trial und error8221 (proses penyisihan terhadap kesalahan atau kekeliruan) sehingga 8220kebenaran8221 se1alu dibuktikan melalui jalur konjektur dan refutasi dengan tetap konsisten berdiri di atas landasan Pemikiran Rasionalisme-kritis als Empirisme-kritis. Atau dengan meminjam dialektika-nya Hegel, sebuah 8220kebenaran8221 akan selalu mengalami proses tesis, sintesis, dan anti tesis, dan begitu seterusnya. Pandangan mengenai 8220kebenaran8221 yang demikian esu bukan berarti mengisyaratkan bahwa Penulis tergolong penganut Relativisme, karena menurut hämat Penelis, Relativisme sama sekali tidak mengakuide 8220kebenaran8221 seufziger talentiert manusa. Penulis berkeyakinan bahwa manusia mampu menangkap als menyimpan 8220kebenaran8221 sebagaimana yang diinginkannya serta menggunakannya, namensbezirke, babys, babys, hunde, hunde, hunde, hunde, haustiere, haustiere, Auguste Comte,.............................. Hal demikian karena suatu teori, hukum ilmiah atau hipotesis tidak dapat diteguhkan (diverifikasikan) secara positif, melainkanisch dapat disangkal (difalsifikasikan) Jelasnya, untuk menentukan 8220kebenaran8221 itu bukan perlakuan verifizasi melainkan melalui proses falsifikasi dimana Daten-Daten Yang telah diobservasi, dieksperimentasi, dikomparasi dan Di generisasi-induktif berhenti sampai di situ karena telah dianggap benar dan baku (positiv), melainkan harus dihadapkan dengan pengujian baru. Maksum, Ali et al. Paradigma Pendidikan Universale di Era Moderne und postmoderne Mencari 8220Visi Baru8221 atas 8220Realitas Baru8221 Pendidikan Kita, Yogyakarta: IRCiSoD, 2004 Wibisono, Koento, Arti Perkembangan menurut Positivisme Comte. Yogyakarta: Gadjah Mada Universität Presse, Cet. II, 1996 Azis, Ichwan Supandi. Karl Raimund Popper von Auguste Comte Suatu Tinjauan Tematik Problem Epistemologi dan Metodologi. Yogyakarta: Jurnal Filsafat, Jilid 35, Nomor 3, Desweiter 2003, Soekanto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000 Deltgauw, Bernard, Sejarah Ringkas Filsafat Barat, terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992 Bertens, K. Filsafat Barat Dalam Abad XX. Jakarta: Gramedia, 1983, Hammersma, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Jakarta: Gramedia, 1983 Akhmadi, Asmoro, Filsafat Umum, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet. IV, 2001 Biyanto, 8220Hubungan Agama dan Filsafat von Barat Sebuah Survei Sejarah Lintas Periode8221 dalam geocitiesHotSprings6774j-18.html Lihat 8220Fenomenologi, Hermeneutika dan Positivisme8221 dalam veggy. wetpaint. CompageFenomenologi, HermeneutikadanPositivisme 1 Ali Maksum, et. al. Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern und postmodernen Mencari 8220Visi Baru8221 atas 8220Realitas Baru8221 Pendidikan Kita, Yogyakarta: IRCiSoD, 2004, hlm. 77 2 Bewertungen Koento Wibisono, Arti Perkembangan menurut Positivisme Comte. Yogyakarta: Gadjah Mada Universität Presse, Cet. II, 1996, hlm 5 3 Ichwan Supandi Azis. Karl Raimund Popper von Auguste Comte Suatu Tinjauan Tematik Problem Epistemologi dan Metodologi. Yogyakarta: Jurnal Filsafat, Dezember 2003, Jilid 35, Nomor 3, hlm. 254 4 Henry de8217Saint Simon adalah seorang bangsawan sekaligus salah seorang filosof von termasyhur di Perancis waktu itu von Auguste Comte pernah menjadi sekretaisnya. 5 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hlm. 443 6 Ichwan Supandi Azis, Loc. Cit. 18 Ali Maksum, et al. Op. Cit. Hlm 82 19 Sebagai Katatan, Pada Akhir Hidupnya, Auguste Comte bahkan Berupaya Membranen Agama Baru tanpa Teologi atas dasar Filsafat positifnya. 8220Agama8221 tanpa teologi ini mengagungkan akal dan mendambakan kemanusiaan dengan sumboyan 8220cinta sebagai prinsip, teratur sebagai basis, dan kemajuan sebagai tujuan.8221 Dan sebagai istilah ciptaannya yang terkenal adalah altruism. Yaitu menganggap bahwa soal utama bagi manusia ialah usaha untuk hidup bagi kepentingan orang liegen. Lihat Asmoro Akhmadi, Loc. Cit. 20 Lihat Biyanto, 8220Hubungan Agama dan Filsafat von Barat Sebuah Survei Sejarah Lintas Periode8221 dalam geocitiesHotSprings6774j-18.html 21 Koento Wibisono, Op. Cit., Hlm. 38 22 K. Bertens. Filsafat Barat Dalam Abad - Nicht ausgefüllt - Jilid I, Jakarta: Gramedia 1981, hlm. 171 23 Hammersma, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Jakarta: Gramedia, 1983, hlm. 3 et. seq. 24 Kunto Wibisono, Op. Cit. Hlm 48 25 Lihat 8220Fenomenologi, Hermeneutika dan Positivisme8221 dalam veggy. wetpaintpageA. Latar Belakang Kehidupan kita sekarangini sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam, yang digantikan oleh hukum-hukum buatan manusia sendiri yang sangat egoistis als mengandung nilai hedonis yang sangat besar, sehingga kita pun merasakannbetapa banyaknya bencana yang melanda diri kita. Etika hubungan kita yang humanis dengan tiga komponen reasional hidup kita sudah terabaikan begitu jauh, jadi jangan harap hidup kita di masa mendatang akan tetap lestari dan berlangsuung harmonis dengan alam. Makalah ini kami susun berdasarkan Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu, dengan pembahasan 8220 Filsafat Potivisme 8221. Makala ini dititikberatkan pada pemikiran-pemikiran para filosof von aliran positivisme. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian positivisme. 2. Bagaimana sejarah munculnya filsafat positivisme 3. Mendeskripsikan tokoh-tokoh Yang menganut paham positivisme Tujuan dibuatnya makalah ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana manusia berpikir positivisme, baik di dalam sistem pembelajaran Mitglied bei Pemahaman tentang apa es Positivisme, sejarah positivisme, tokoh-tokoh Penaiut Paham positivisme, tahap-tahap perkembangan akal budi manusia, postpositivisme, dan gagasan positivisme logis. A. PENGERTIAN POSITIVISME Positivisme merupakan Aliran Pemikiran Yang Membrane Pikiran Pada Segala Hal Yang Dapat Dibuktikan Dengan Pengamatan Ata Pada Analisis definisi Dan Relasi Antara Istilah-Istilah. Positivisme (Erbjuga sebagai empirisme logis, empirisme rasional, dans juga neo-positivisme) adalah sebuah filsafat yang berasal dari Lingkaran Wina pada tahun 1920 - an. Positivismus Logis berpendapat bahwa filsafat harus mengikuti rigoritas yang sama dengan sains. Filsafat harus dapat memberikan kriterie yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar, salah atu tidak memiliki arti sama sekali. Positivismus adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada Daten empiris. Positivismemerupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan. Tokoh-tokoh yang menganut paham positivisme logis ini antara lain Moritz Schlick. Rudolf Carnap. Otto Neurath. Dan A. J. Ayer. Karl Popper. Meski awalnya tergabung dalam kelompok Lingkaran Wina, adalah salah satu kritikus utama terhadap pendekatan neo-positivis ini. Secara umum, para penganut paham positivisme memiliki minat kuat terhadap sains als mempunyai sikap skeptis terhadap ilmu agama dan halb halb jang berbau metafisika. Mereka meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan haruslah berdasarkan inferensi logis yang berdasarkan fakta yang jelas. Sehingga, penguin paham ini mendukung teori-teori paham realisme. Materialisme Naturalisme, filsafat dan empirisme. B. Sejarah Muncul Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang menyakini bahwa satu-satunja pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktualfisikal. Pengetahuan demikianischen hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode saintifik yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis dihindari. Positivisme, dalam pengertian di atas dan sebastian pendekatan telah dikenal sejak Yunani Kuno. Terminologi positivisme dicetuskan pada pertengahan abad ke-19 Jahre alt salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Nachricht senden Zuzwinkern Auguste Comte. Comte perkaja bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan historis yaitu teologi, metadisik, dan ilmiah. Dalam tahap teologi, fenomena alam als sosial dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan geistig. Pada tahap metafisik manusia akan mencari penyebab akhir (endgültige Ursachen) dari setiap fenomena yang terjadi. Dalam tahapan ilmiah usaha untuk menjelasakn fenomena akan ditinggalkandan ilmuan hanya akan mencari korelasi antarfenomena. Pengembangan penting dalam paham positivisme klasik Dilakukan oleh ahli ilmu alam Ernst Mach yang mengusulkan pendekatan teori secara fiksi. Teori ilmiah bermanfaat sebagai alat untuk menghafal, tetapi perkembangan ilmu hanya terjadi bila fiksi yang bermanfaat digantikan dänischer pernyataan yang mengandung hal yang dapat diobservasi. Meskipun Comte dan Mach mempunyai pengaruh yang besar dalam penulisan ilmu ekonomi (Comte mempengaruhi pemikiran J. S. Mühle dan Pareto sedangkan pandangan Maschinell diteruskan oleh Samuelson dan Machlup). Pengaruh yang paling utama adalah ide dalam pembentukan filosofi ilmiah pada abad 20 yang-krankheit logika positivisme (logischer Positivismus). Ajaran Pokok Positivsme logis pernyataan-pernyataan metafisik tidak bermakna. Pernyataan itu tidak dapat diverifikasi secara empiris dan bukan tautologi yang berguna. Tidak ada cara yang mungkin untuk mentukan kebenarannya (atau kesalahannya) dengan mengacu pada pengalaman. Tidak ada pengalaman yang mungkin yang pernah dapat mendukung pertanyaan-pertanyaan metafisik seperti. 8220 Yang tiada itu sendiri tiada8221 (Das Nichts selbst nichest, Martin Heidegger), 8220 yang mutlak mengatasi Waktu8221, 8220 allah adalah Sempurna 8220, pernyataan-pernyataan metafisik adalah semu. Metafisik berisi ucapan-ucapan yang tak bermakna. Auguste Comte (1798-1857) ia memiliki peranan yang sangat pentierend dalam aliran ini. Istilah 8220positivisme8221 ia populerkan. Ia menjelaskan perkembangan pemikiran manusia dalam kerangka tiga tahap. Pertama, tahap teologis. Disini Peristiwa-peristiwa dalam alam dijelaskan dengan istilah-istilah kehendak atau tingkah dewa-dewi. Kedua, tahap metafisik. Disini, peristiwa-peristiwa tersebut dijelaskan melalui hukum-hukum umum tentang alam. Dan ketiga, tahap positif. Disini, peristiwa-peristiwa tersebut dijelaskan secara ilmiah. Sie haben noch keine Artikel in Ihrem Warenkorb. Willkommen zurück! EMail-Adresse: Passwort: (vergessen) Ein neuer Kunde? Eingeloggt bleiben Einloggen Permanent Link http://www. germanyinews. com/ Tetapi tekanan pada fakta-fakta, indentifikasi atas fakta-fakta dengan pengamatan-pengamatan indera, da upya untuk menjelaskan hukum-hukum umum dengan induksi berdasarkan fakta, diterima als de ngan cara berbeda-beda diperluas oleh JS Mill (1806-1873).E. Mach (1838-1916), K. Pierson (1857-1936) dan P. Brdgeman (1882-1961). C. TOKOH-TOKOH YANG MENGANUT PAHAM POSITIVISME 1. Auguste Comte (1798 8211 1857) Bernama lengkap Isidore Marrie Auguste Francois Xavier Comte, lahir di Montepellier, Perancis (1798). Keluarganya bergama khatolik yanga berdarah bangsawan. Dia mendapat pendidikan von der Ecole Polytechnique von Paris dan lama hidup disana. Dikalangan teman-temannya Auguste Comte adalah mahasiswa yang keras kepala dan suka Mitglied,............................................................. Auguste Comte memphérnar karier professionnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn Walaupun demikian, perhatianischen yang sebenarnya adalah pada masalah-masalah kemanusiaan dan sosial. Tahun 1844, dua tahun setelah dia menyelesaikan enam jilid karya besarnya yang berjudul 8220Clothilde Kurs der positiven Philosophie8221. Comte bertemu dengan Clothilde de Vaux, seorang ibu yang mengubah kehidupan Comte. Dia berumur beberapa tahun lebih muda dari pada Comte. Wanita tersebut sedang ditinggalkan suamiya ketika bertemu dengan Comte pertama kalinya, Vereinigte Staaten von Amerika Bahai perempuan itu bukan sekedar perempuan. Sayangnya Clothilde de Vaux Gezeiten terlalu meluap-luap seperti Comte. Walaupun Saling Berkirim Surat Cinta Beberapa Kali, Clothilde von Vaux menganggap hubungan itu adalah persaudaraan saja. Akhirnya, dalam suratnya Chlothilde von Vaux menerima menjalin keprihatinan akan kesehatan geistige Comte. Hubungan Intim Suami Isteri Rupanya Tidak Jadi Terlaksana, Tetapi Perasaan Mesra Sering Diteruskan Lewat Surat Menyurat. Namun, in der Nähe von Lama, Chlothilde de Vaux, in der Nähe von Tallinn, Kehidupan Comte lalu bergoncang, dia bersumpah Membranbürste hidupnya untuk mengenang 8220bidadarinya8221 itu. Auguste Comte juga memiliki pemikiran Altruisme. Altruisme merupakan ajaran Sie haben keine Artikel auf Ihrer Wunschliste. Comte sebagai kelanjutan dari ajarannya tentang tiga zaman. Altruisme diartikan sebagai 8220menyerahkan diri kepada keseluruhan masyarakat8221. Bahkan, bukan 8220salah satu masyarakat8221, melainkan 8220humanite8221 hat ein neues Objekt erhalten: suku bangsa manusia8221 pada umumnya. Jadi, Altruisme bukan sekedar lawan 8220egoisme8221 (Juhaya S. Pradja, 2000. 91). Keteraturan masyarakat yang dicari dalam positivisme hanya dapat dicapai kalau semava orang dapat menerima altruisme sebagai prinsip dalam tindakan mereka. Sehubungan dengan altruisme ini, Komite menganggap bangsa manusia menjadi semacam pengganti Tuhan. Kailahan baru dan positivisme ini disebut Le Grand Eire 8220Maha Makhluk8221 dalam hal ini Comte mengusulkan untuk mengorganisasikan semacam kebaktian untuk If Grand Eire itu lengkap dengan imam-imam, santo-santo, pesta-pesta liturgi, dan lain-lain. Ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai 8220Suatu agama Katholik tanpa agma Masehi8221. Dogma satu-satunya agama ini adalah cinta kasih sebagai prinsip, tata tertib sebagai dasar, kemajuan sebagai tujuan. Perlu diketahui bahwa ketiga tahap atau zaman tersebutdi atas menurut Comte tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi perkembangan perorangan. Misalnya sebagai kanak-kanak seorang teolog adalah seorang positivis. 2. John Stuart Mill ( 1806 8211 1873 ) Ia adalah seorang filosof Inggris yang menggunakan sistem positivisme pada ilmu jiwa, logika, dan kesusilaan. John Stuart Mill memberikan landasan psikologis terhadap filsafat positivisme. Karena psikologi merupakan pengetahuan dasar bagi filsafat. Seperti halnya dengan kaum positif, Mill mengakui bahwa satu-satunya yang menjadi sumber pengetahuan ialah pengalaman. Karena itu induksi merupakan metode yang paling dipercaya dalam ilmu pengetahuan. 3. H. Taine ( 1828 8211 1893 ) Ia mendasarkan diri pada positivisme dan ilmu jiwa, sejarah, politik, dan kesastraan. 4. Emile Durkheim (1852 8211 1917 )

No comments:

Post a Comment